Beberapa penulis profesional beranggapan bahwa witers block hanyalah delusi. Tak lebih dari alasan dan kemalasan seorang penulis belaka. Tapi bagi seorang penulis pemula seperti saya, writers block itu nyata!
Akan tetapi, jangan salah sangka. Meskipun keberadaannya nyata dan begitu meresahkan penulis pemula seperti saya, namun writers block dapat diminimalisir atau bahkan dieliminasi dengan cara-cara tertentu.
Mereka yang beranggapan writers block hanyalah mitos, mungkin telah melakukan cara-cara yang dimaksudkan baik secara sadar maupun tidak sadar. Dengan cara yang sama, kita bisa meminimalisir atau bahkan mengeliminasi faktor-faktor bantetnya pikiran yang membuat kita tidak bisa konsisten produktif untuk sebuah karya.
Lalu, bagaimana caranya?
1. Merencanakan Segalanya
Mulai dari kegiatan rieset, referensi bacaan, penokohan, jalan cerita, alur hingga ending cerita, segalanya harus disiapkan. Beberapa diantaranya mungkin akan memakan waktu yang lumayan lama. Sepertihalnya riset atau turun ke jalan, wawancara, menggali informasi, membaca referensi, serta menyusun tokoh dan konflik yang mungkin ada.
Tapi menyelesaikan seluruh proses tersebut sebelum mulai menulis di meja kerja akan lebih baik daripada inspirasi anda harus terjeda untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum dituntaskan.
Sehingga, ketika anda benar-benar duduk di layar laptop dan mulai menulis, anda tidak akan kekurangan bahan dan mengalami kebuntuan. Karena semuanya sudah tersedia di meja kerja anda.
2. Mencatat Kapanpun dan Di Manapun
Di sela-sela upaya tersebut, inspirasi dan ide gila mungkin akan terselip diantaranya. Kebanyakan, mungkin akan datang ketika anda menyesap gelas segelas kopi, menghisap rokok di pagi hari, atau sekedar buang air besar ketika mandi.
Tapi inspirasi tidak datang dua kali, sebagaimana ketika saya membuat tulisan ini, dan langsung mencatatnya melalui aplikasi note pada telephone pintar.
Catat secara ringkas saja, namun mencakup segalanya. Terlalu umum atau general akan membuat anda lupa ide yang ingin anda suarakan, hingga catatan tidak lebih dari sekedar tulisan. Apalagi, ketika catatan tersebut telah mengendap dan dimakan oleh waktu. Anda mungkin akan lupa bahwa dulu pernah mencatatnya.
3. Memulai dengan Sebuah Kerangka
Anda memang harus mulai menulis dari sedini mungkin. Tapi hindari untuk gegabah menulis narasi ataupun konten buku sebelum segalanya disiapkan. Ketika mengetahui kelemahan dalam karya anda, memaksa anda harus melakukan perbaikan besar atau bahka perombakan, di situlah benih-benih writers block mulai muncul.
Antara malas, tertekan, bahkan depresi karena telah menuliskan banyak narasi dan percakapan, namun nyatanya kebanyakan malah harus dibuang, atau bahkan sepenuhnya diulang. Hal semacam ini memang memberikan anda pengalaman yang berharga. Tapi percayalah, itu adalah satu dari sekian hal yang membuat seorang penulis menyerah di tengah jalan.
Berbeda ketika inspirasi tersebut datang ketika kita tengah menggarap sebuah kerangka. Perbaikan yang ada mungkin hanya sekedar penambahan, pengurangan, atau mungkin perubahan beberapa redaksi yang tidak signifikan dan cenderung mudah untuk dilakukan.
Oleh sebab itu, mulailah dengan membuat sebuah kerangka sederahana namun mendetail. Bila perlu, hadirkan juga percakapan penting yang mungkin akan terlupa jika anda melewatkannya.
Sehingga, saat anda mulai menulis sebuah naskah atau konten buku, semuanya akan mengalir begitu saja. Seperti berjalan di jalur tanpa hambatan. Semuanya telah tersedia, dan tugas anda hanyalah mengembangkannya.
4. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Beberapa diantara kita menganggap bahwa writers block adalah suatu fenomena yang berada di luar jangkauan kita. Akan tetapi, percaya bahwa kita tidak dapat melakukan apapun terhadapnya bukan suatu keputusan yang bijak. Jika anda membiarkannya, perasaan tersebut akan semakin sering datang dan menjadi alasan utama untuk berhenti berkarya.
Anda bisa menciptakan ilusi kebahagiaan dengan memakan cake atau cokelat sambil menulis, mencoba tempat baru, atau bahkan memberikan hadiah ketika berhasil meraih target tertentu. Semacam usaha untuk memotivasi dan memberikan apresiasi terhadap diri sendiri.
Bagi saya, itu sah-sah saja selama masih dalam batas kewajaran dan kantong sendiri bisa menerima.
Kedua, anda bisa mengeliminasi hambatan-hambatan yang mungkin akan menghadang di tengah jalan. Misalnya dengan menutup jendela serapat mungkin guna menghalau kebisingan, memasang papan peringatan “Jangan Ganggu” di pintu kamar, hingga menghilang tanpa kabar selama berhari-hari demi bisa tertawa sendiri menyaksikan seluruh sanak saudara kebingungan—kalau ini jahat sih.
Apapun bisa anda lakukan, dan diri sendiri lah yang paling paham bagaimana cara terbaik untuk menciptakan lingkungan yang kondusif.
5. Mencapai Ketenangan Jiwa
Mau sekondusif apapun lingkungan di sekitar, selama masih ada hutang yang belum terbayar, debt collector masih mengejar, atau setumpuk masalah yang membuat kesadaran bergetar, akan selalu ada entitas yang mampu menyumbat pikiran dan perasaan yang berujung pada writers block.
Sederhananya, lebih baik untuk menyelesakan pekerjaan atau menuntaskan kewajiban sebelum mulai menulis jika tidak ingin inspirasi dalam kepala diusir oleh beban pikiran yang tiba-tiba datang.
Ilustrasi writers block via christopherfielden.com