Patah hati, kegagalan, kebangkrutan, jika tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk mengatasi semuanya, maka yang tersisa hanyalah melupakan. Terkadang, baik saya maupun anda, begitu sayang untuk melupakan. Terlampau cinta untuk melepaskan. Padahal, tidak ada lagi alasan untuk mempertahankan. Saya dan anda, takut untuk mengatakan bahwa segala apa yang telah kita usahakan telah gagal dan hancur berkeping-keping.
Tapi saya dan anda, juga terkadang lupa, bahwa beberapa kegagalan merupakan sebentuk kebebasan.
Kreta Amura
Melupakan merupakan tahapan penting sebelum kita bisa benar-benar beranjak dan pergi mengejar sesuatu yang baru. Beberapa orang beranggapan, bahwa proses itu terjadi secara alamiah tatkala kita telah menemukan tujuan yang baru.
Tapi bagi saya dan mungkin sebagian dari anda, adalah mustahil untuk menetapkan tujuan baru ketika kita masih meratapi puing-puing masa lalu yang berserakan di hadapan. Biar pun kita telah menyusun rencana masa depan, menetapkan tujuan-tujuan baru, tapi kerikil masa lalu yang belum disingkirkan bisa jadi membuat kita tersandung di tengah jalan. Membuat kita harus merasakan cedera ringan hingga berat.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk bisa bergerak maju?
Tenang saja, hidup bukanlah perlombaan. Dan tidak ada yang akan menghujat tatkala saya atau anda memutuskan untuk mengambil jeda untuk melupakan. Menyingkirkan rongsokan gegalalan agar bisa segera berlari dalam lintasan tanpa hambatan.
Jika saya mengalami kebuntuan itu, maka mencoba sesuatu yang baru, yang begitu ingin saya lakukan sejak dulu, dan sesuatu yang dalam bayangan saya cukup menyenangkan, mungkin menjadi pilihan terbaik. Mencoba hal baru bagaikan menambahkan asupan baru bagi pelaman yang selama ini stagna. Seperti halnya wawasan, keterampilan atau sudut pandang.
Tapi sayangnya, tidak semua dari kita memiliki keleluasaan itu. Saya sadar masing-masing dari kita terikat oleh tanggung jawab dan tidak bisa seenaknya kabur dari belenggu itu. Kendati demikian, akan selalu ada penghiburan dari hal-hal kecil yang selama ini kita lewatkan.
Dalam masa-masa terberat hidup saya鈥攕ejauh ini, saya mendapati diri lebih sering mengurung diri dengan membaca buku. Tidak hanya novel, bahkan buku-buku nonfiksi yang membuat pikiran saya cukup sibuk untuk mengingat detil dan mencerna bebeerapa kalimat kompleks yang cukup sulit dipahami.
Tentunya, setiap orang memiliki cara yang berbeda. Bagi anda, mungkin menonton film atau mendaki gunung adalah salah satu cara. Tapi bagi beberapa lainnya, cara-cara tersebut terlampau biasa bagi segudang masalahnya yang luar biasa. Apa pun itu, asalkan bisa membuat kita melupakan kehilangan dan perasaan bersalah, semuanya layak untuk dicoba. Sehingga, kita bisa kembali berlari dalam lintasan tanpa hambatan.
Punya cara terbaik untuk melupakan? saya ingin dengar di kolom komentar. 馃檪